Kehidupan dunia hanya sementara, yakin besok masih hidup?

Kehidupan dunia hanya sementara

Sering rasanya kita duduk bersama teman, dengan menikmati secangkir kopi berbincang tentang arti, hakikat dan masalah dari kehidupan. Lalu setelah sekian lama bertukar pendapat, kita dibuat lelah sendiri olehnya dan mengakhiri perbincangan tersebut. Ya, hidup di dunia ini memang memiliki arti yang sangat luas.

Sering kali kita terlupa karena terpesona dan kagum pada dunia yang menyebabkan kita lupa daratan. Ingin rasanya mengejar dan memiliki semua keindahan yang ada di dunia ini, sampai kita mengabaikan akhirat. Sampai kita lupa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah. Dunia dikejar mati-matian, akhirat ditunda bahkan diabaikan. Padahal seharusnya akhiratlah yang dikejar mati-matian, dunia bisa ditunda.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. ” (QS, Al-Hadid:20)

DAFTAR ISI

Kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan

Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menceritakan mengenai bagaimanakah hakikat dunia yang sebenarnya. Diterangkan pula bagaimanakah berbagai tujuan dunia serta semangat manusia untuk menggapainya. Sungguh dunia ini benar-benar hanyalah mainan dan melalaikan. Badan jadi dibuat kepayahan dan hati pun dibuat lalai. Inilah realitas yang ada pada pengagung dunia. Lihat saja bagaimana pengagum dunia menghabiskan waktu dan umur mereka dalam hati yang penuh kelalaian, lalai dari dzikir pada Allah, juga lalai dari berbagai ancaman dan peringatan Allah. Lantas lihatlah mereka ketika mereka menjadikan agama sebagai candaan dan kesia-siaan. Hal ini jauh berbeda dengan orang yang sadar akan dunia akhirat (yang pasti ia jumpai). Hati mereka akan senantiasa rindu berdzikir pada Allah, mengenal dan mencintai-Nya. Orang yang memperhatikan akhirat benar-benar akan beramal untuk mendekatkan diri mereka pada Allah.”

Dunia itu perhiasan dan ajang berbangga-bangga antara manusia

Tidak bisa kita pungkiri, mobil yang mewah, jabatan yang tinggi, wanita yang cantik, perhiasan yang mewah, rumah yang megah, merupakah hal-hal yang ingin digapai oleh para pengagum dunia. Manusia saling membanggakan sesuatu atas yang lain agar menjadi pemenang dalam segala urusan dan juga ingin mendapatkan ketenaran dalam seluruh keadaannya terhadap sifat-sifat yang fana (tidak kekal). Seperti mengklaim bawah dirinya, etnisnya, trahnya, partainya, kelompoknya, negaranya lebih superior dari yang lain bahkan hingga terjadi kerusuhan dan perang antar saudara adalah contoh kecil.

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan kembali, “Hal ini berbeda dengan orang yang mengenal dunia dan hakikatnya. Ia hanya menjadikan dunia sebagai tempat berlalu, bukan negeri yang ia menetap selamanya. Dunia hanya dijadikan negeri sebagai ajang untuk saling berlomba mendekatkan diri pada Allah. Dunia hanya jadi sarana untuk sampai pada Allah. Jika ia melihat orang yang begitu bangga dan saling berlomba dalam harta dan anak, ia balas dengan berlomba (terdepan) dalam amalan sholih.”

Seperti hujan yang telah lama dinantikan, membuat tanaman tumbuh lalu kering

Orang yang terkagum pada dunia dimisalkan dengan orang yang terkagum pada ghoits. Ghoits adalah hujan yang begitu lama dinantikan bahkan sampai berputus asa menunggunya, sehingga jika hujan tersebut turun, maka orang pun akan terkagum-kagum, merasa takjub. Lihatlah bagaimana tanaman yang tumbuh dari hujan tersebut begitu dikagumi. Demikianlah orang kafir yang mengagumi dunia. Mereka begitu tamak pada dunia dan begitu condong padanya. Hingga akhirnya tanaman yang tadinya tumbuh subur dan hijau, seiring waktu secara perlahan mulai menguning dan akhirnya hancur mengering.

Begitulah pula kehidupan dunia. Awalnya berada di masa muda, kemudian beranjak dewasa, lalu dalam keadaan lemah di usia senja. Manusia di masa mudanya begitu enak dipandang dan ia dalam kondisi fisik yang kuat. Kemudian ia pun beranjak dewasa dan berubahlah kondisi fisiknya. Lalu ia beranjak ke usia tua senja, ketika itu dalam keadaan lemah dan sulit untuk bergerak sebagaimana mudanya. “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)

Kehidupan dunia itu hanya kesenangan yang menipu

Mencari dunia secukupnya akan bermanfaat, jika berlebihan akan berbahaya. Keinginan kuat dibarengi kerja keras meraih dunia pada akhirnya pasti dunia yang diperoleh akan sirna. Secara umum manusia hanya memandang dunia dari sisi lahiriyah saja, sesuatu yang menarik, sesuatu yang indah, sesuatu yang dapat mengangkat derajat pemiliknya. Manusia hanya mengetahui lahiriyah saja, tidak memahami hakikatnya. Karena pengetahuannya yang terbatas inilah akhirnya manusia tertipu. Dunia menjadi tujuan hidup bukan sarana hidup. Padahal kehidupan dunia hanyalah fatamorgana, kesenangan yang menipu, permainan dan gurauan yang melalaikan.

Jika kita melihat malam, selama apapun kegelapan, sebenarnya lagi pasti datang fajar menyingsing. Demikian juga hidup seseorang. Selama apapun hidup di dunia, lambat laun ia pasti bakal masuk ke dalam kuburan. “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur: 1-2)

Selalu ingatlah bahwa kita diciptakan untuk beribadah

Masih ada segelintir orang yang muncul dalam dirinya pertanyaan seperti ini, bahkan dia belum menemukan jawaban dari pertanyaan ini hingga berpuluh-puluh tahun lamanya. “Untuk tujuan apa sih, kita diciptakan di dunia ini?”, demikian pertanyaan yang selalu muncul dalam benaknya. Bukanlah Allah hanya memerintahkan kita untuk makan, minum, melepas lelah, tidur, mencari sesuap nasi untuk keberlangsungan hidup. Ingatlah, bukan hanya dengan tujuan seperti ini Allah menciptakan kita. Tetapi ada tujuan besar di balik itu semua yaitu agar setiap hamba dapat beribadah kepada-Nya. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Tunggu apalagi, setelah artikel ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa kehidupan dunia itu hanya sementara dan tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah, mulai sekarang marilah kita pergiat ibadah dan amalan akhirat kita. Jangan tunggu sampai besok, yakin besok masih hidup?

Semoga artikel ini bermanfaat untuk saya, dan umumnya untuk para pembaca semuanya. Silahkan tebar kebaikan, bagikan artikel ini kepada saudara-saudara yang lain.

[tafsirq.com, kiblat.net, ihaqy, rumaysho.com]

Baca Juga : Menuntut Ilmu di Universitas Kehidupan

seo ajansı seo agency web tasarım ajansı web design agency mobil uygulama yapan firmalar companies that develop mobile applications logo tasarım profesyonel logo tasarımı logo design reklam ajansı advertising agency sosyal medya ajansı social media agency tanıtım filmi