Pukul 24,00 kami baru saja sampai dirumah sepulang dari klinik. What a day…
Everyday is a blessing.
Aku masih memikirkan hasil pemeriksaan dokter tadi. Bergumul kembali dengan segala pikiran berlebihan dikepalaku. Bagaimana jika ini dan itu.
Namun, pertimbangan Kak Rizhan ada benarnya.
“Aku ajak kamu balik kesini dua minggu lagi aja gapapa ya. Tadi aku bikin keputusan seperti itu karena hari sudah cukup malam, kamu juga sudah lelah. Dokter juga susah menyampaikan kalo diusia kandungan semuda ini kadang belum terlihat janinnya, dan juga kamu perlu banyak istirahat. Dua minggu lagi semoga saja kita sudah bisa melihat perkembangan yang baik ya. Bisakah kamu memahami tujuanku, Sayang?”
Aku ingin mandi air hangat, segelas susu hangat dan tidur.
—
Rasanya aku baru saja menutup mata dan ternyata hari telah pagi. Berarti aku malam tadi tidur dengan nyenyak, sebuah hal yang sulit dirasakan beberapa hari terakhir. Lelah yang kurasakan cukup mengganggu tidur malamku. Kabarnya hal ini biasa dirasakan oleh ibu hamil.
Tunggu, aku benar-benar hamil.
Kuusap perlahan perutku.
Sayang, ada kamu didalam tubuh ibu. Ibu yakin kamu akan tumbuh dengan sehat dan bahagia. Dua minggu lagi kita bertemu lagi ya, berikan ibu kabar bahagia dengan menunjukkan kehadiranmu. Pagi ini kita mau sarapan apa? Jangan dimuntahkan lagi ya nak..
Aku bersiap untuk berangkat bekerja. Sarapan dengan jagung dan telur rebus sepertinya enak. Sesampainya didapur ternyata Kak Rizhan sudah menyiapkan susu dan roti bakar untuk ku.
“Good morning beauty, how is your night? Maafin aku tepar banget tadi malem yang, langsung tidur ga pake babibu.”
“Hello my love, udah sibuk aja didapur. Bikin apa sayang?”
“Roti Bakar isi kacang nih, kamu mau kan?”
“Iya mau,”
Roti bakar dan susu adalah kesukaanku. Dan jalan ninja agar kebutuhan proteinku tetap terpenuhi adalah memakai selai kacang. Hidup denganku selama lima tahun ternyata membuat Kak Rizhan mengetahui apa yang aku suka.
“Sayang, bagaimana menurutmu kalau keluarga besar kita kasih tau berita ini? Hitung-hitung minta doa sekalian supaya kamu dan anak kita sehat selalu.”
“Iya juga ya, aku juga udah ga sabar pengen kasih tau mama papa, Kakak tadi malam jadi foto hasil usg nya ?”
“Iya jadi, nanti kamu kirimkan juga ya foto hasil testpack nya.”
“Iya..”
“Aku siap-siap berangkat ya hon. Kamu kuat nyetir hari ini?”
“Kuat insyaAllah..”
“Nanti mau telepon mama jam berapa?”
“Siang kayanya ya..”
“Oke”
Hmm, tapi pagi ini juga kayanya gapapa ya. Masih ada waktu 30 menit sebelum aku berangkat kerja.
“Bismillah…” tulisku pada grup keluarga di aplikasi Whatsapp. Kemudian kukirimkan foto hasil tes kehamilan beberapa hari yang lalu. Ayah pasti sedang memegang gawai jam segini.
Benar saja, Ayah langsung merespon pesanku.
“Foto apa ini nak?”
“Ayah, beberapa hari lalu Mazaya tes kehamilan. Dan hasilnya positif.”
Pesan terkirim.
Tririririiiiriing.
Ponselku berdering. Ternyata panggilan dari Ayah,
“Assalamualaikum Mazaya..” terdengar suara berat Ayah, namun disertai isak tangis.
“Walaikumussalam Ayah, Ayah kenapa menangis?”
“Benar Mazaya hamil ?”
0 comments