“Yang, kalau sampai bulan Desember nanti belum hamil juga, boleh ga aku kembali bekerja ?” Tanyaku ketika kami sudah selesai dengan rutinitas mengaji setelah shalat maghrib.
“Eh, kenapa nih tiba-tiba? Ayangku bosen ya sendirian dirumah?” Jawab Kak Rizhan menghampiriku yang sedang duduk di sofa.
“Iya, suntuk. Sibuk sih sibuk tapi kayanya aku ga fresh aja gitu ga ketemu langsung sama orang-orang. Ga ada temen ngobrol.”
“Tapi kalau kamu kerja jualan tasnya gimana? Katanya lagi rame banyak yang pesan?”
“Kan bisa minta titip kirim sama pihak supplier, biasanya mereka mau kok bantu kirimkan atas nama kita. Jadi ga harus ambil dan kirim sendiri kalau dihari kerja.”
“Gimana ya, aku agak keberatan kalo kamu kerja lagi. Takut kamu kecapekan dikejar target atau lingkungannya bahaya kayak tempat kerja yang dulu.”
“Jadi ga boleh ya?”
“Boleh, aku dukung kok. Tapi dengan syarat coba cari yang perusahaan non profit. Jadi kamu ga terlalu dibebani. Coba cari tahu dulu ada atau engga disini. Kalau ada silahkan melamar. Aku dukung.”
“Wah, serius ? Asik! Aku coba cari-cari ya.” Aku melompat girang bergegas menuju kamar mengambil gawaiku. Mencari lowongan pekerjaan di laman pencari daring. Sambil berharap ada rezeki untukku. Sepertinya malam ini aku akan begadang karena semangat mencari informasi.
“Ada nih ada ada yang, lamaran di NPO itu. Wah, ini juga lembaga terkenal. Aku baru tau sudah buka juga di kota kita. Coba lihat.”
“Hmm iya, tu ada lowongan Customer Relation Officer. Cocok sih sama kamu, cobain aja.” Kak Rizhan memberi tanggapan walau kulihat tidak begitu semangat. Sepertinya khawatir atau mungkin cemburu.
Suamiku tipe yang sangat pencemburu, menurutku. Dibalik sejuta perhatiannya tapi jika melihat pria lain menatapku ‘berbeda’ ia akan mengeluarkan pesona “apa lo ini istri gue”. Uniknya, aku tetap menganggap itu pesonanya.
—
Satu bulan kemudian.
Kring kring kring kring.
Kring kring kring kring.
“Halo, Assalamualaikum.”
“Halo, wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Benar dengan Mbak Mazaya?”
“Iya benar, maaf dengan siapa ya?”
“Saya Desi dari Aksi Cepat Tanggap mbak. Saya ingin mengabarkan bahwa Mbak Mazaya telah lulus seleksi dan diterima sebagai CRO. Selamat ya mbak.”
“Yang benar mba? Wah, terimakasih banyak Mbak Desi, Alhamdulillah.”
“Apa hari senin Mbak Mazaya bisa datang ke kantor pukul delapan pagi?
“Ada ketentuan pakaiannya mbak?”
“Pakaian yang sopan dan menutup aurat dengan benar saja yang penting ya mbak. Pastikan menggunakan hijab yang menutup dada, pakaian tidak ketat dan menggunakan kaus kaki.”
“Baik mbak”
“Saya tutup dulu mbak, Assalamualaikum”
“Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh”
Tut. Telepon ditutup.
MaasyaAllah walhamdulillah aku senang sekali ! Setelah sekian lama tidak bekerja, dan kini diterima menjadi karyawan dalam satu kali coba adalah kebahagiaan. Aku bergegas menghubungi Kak Rizhan.
“Sayaaaang.. aku diterima bekerja!”
Baca Juga : Terima Kasih Telah Percaya Bahwa Aku Cahaya Surga Untukmu – Cerita Ibu Part 5
0 comments